Gulo Puan : Manisnya Warisan Budaya dari Desa Rambutan Kabupaten Banyuasin yang Hampir Punah

WartaDesaku.id, Banyuasin – Di tengah modernisasi dan maraknya makanan kekinian, masih ada kuliner tradisional yang bertahan melawan zaman. Salah satunya adalah Gulo Puan, makanan khas yang berasal dari Desa Rambutan, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Kuliner manis ini merupakan warisan budaya yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan dahulu hanya dinikmati oleh kaum bangsawan dan raja-raja di Palembang.

Sejarah dan Keunikan Gulo Puan

Gulo Puan berasal dari dua kata, yaitu “Gulo” yang berarti gula, dan “Puan” yang merupakan istilah untuk susu kerbau rawa. Ya, makanan ini dibuat dari campuran susu kerbau rawa dan gula, yang kemudian dimasak perlahan hingga mengental dan berubah warna menjadi kecokelatan seperti karamel.

Masyarakat Rambutan telah membuat Gulo Puan secara turun-temurun dengan cara tradisional. Susu kerbau yang masih segar dimasak dalam wajan besar dengan api kecil dan terus diaduk selama beberapa jam hingga teksturnya menjadi padat dan beraroma khas. Proses pembuatannya membutuhkan kesabaran dan keterampilan khusus, agar hasil akhirnya sempurna: tidak terlalu keras, tidak terlalu lembek, dan memiliki rasa manis yang pas.

Berita Lainnya :  Keindahan Air Terjun Lemutu, Permata Tersembunyi di Desa Tanjung Bulan Kabupaten Muara Enim

Kuliner yang Mulai Langka

Dulunya, Gulo Puan bukan sekadar makanan biasa. Ia menjadi bagian dari tradisi masyarakat, terutama dalam acara adat dan perayaan besar. Namun, seiring waktu, makanan ini semakin sulit ditemukan. Salah satu penyebab utamanya adalah berkurangnya populasi kerbau rawa, yang merupakan bahan baku utama. Kerbau rawa kini semakin jarang dipelihara karena banyak peternak beralih ke sapi yang lebih mudah dirawat dan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.

Selain itu, proses pembuatan Gulo Puan yang cukup rumit juga membuat generasi muda kurang tertarik untuk meneruskan tradisi ini. Dibandingkan dengan makanan modern yang lebih praktis, membuat Gulo Puan membutuhkan waktu dan tenaga ekstra. Akibatnya, hanya segelintir orang di Desa Rambutan yang masih mempertahankan keahlian membuat Gulo Puan.

Berita Lainnya :  Rambutan: Desa Bertuah dengan Kerbau Rawa yang Melegenda

Upaya Pelestarian dan Harapan ke Depan

Menyadari potensi kepunahan kuliner khas ini, berbagai pihak mulai bergerak untuk melestarikannya. Beberapa komunitas budaya dan pemerhati kuliner berupaya memperkenalkan Gulo Puan ke masyarakat luas melalui festival makanan tradisional dan program pelatihan bagi generasi muda.

Pemerintah daerah juga diharapkan ikut serta dalam upaya ini, misalnya dengan memberikan dukungan kepada peternak kerbau rawa agar mereka tetap mempertahankan populasi hewan ini. Selain itu, promosi Gulo Puan sebagai produk khas Sumatera Selatan bisa menjadi daya tarik wisata kuliner yang mendukung ekonomi lokal.

Bagi Anda yang penasaran ingin mencicipi kelezatan Gulo Puan, datanglah ke Desa Rambutan, Kecamatan Rambutan! Manisnya rasa dan keunikan teksturnya akan membawa Anda pada pengalaman menikmati kuliner klasik yang kaya sejarah. Jangan biarkan warisan kuliner ini hilang begitu saja—dengan mengenalnya, mencicipinya, dan membagikannya, kita semua bisa ikut menjaga tradisi ini tetap hidup. (nto)

Pasang Iklan Banner Atas di WartaDesaku.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *