WartaDesaku.id, Pagar Alam — Harga komoditas kopi di sejumlah wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Bahkan saat ini harga kopi mencapai angka Rp75 ribu per kilogram.
Kenaikan harga kopi tersebut, tentu saja berkat diperkenalkannya Kopi Sumsel oleh Penjabat (Pj.) Gubernur Sumsel, Agus Fatoni, pada hari Minggu tanggal 12 Mei 2024 yang lalu.
Sementara itu, Ketua Kelompok Petani Kopi Desa Bumi Agung, Dempo Utara, Kota Pagar Alam, Zulkifli, mengatakan, kopi di wilayahnya juga terjadi kenaikan harga. Bahkan sudah terjadi dalam beberapa bulan belakangan.
“Sudah sejak tiga hari terakhir tembus Rp70 ribu per kilogram. Tapi harga jual itu tergantung kualitasnya.” ucap Zulkifli saat dimintai keterangan, hari Sabtu tanggal 15 Juni 2024.
Zulkifli menjelaskan, kopi dengan kadar air antara 12-15 persen, di Pagaralam saat ini dijual Rp70 ribu per kilogram. Sementara untuk kadar air dengan persentase lebih besar atau di atas 20 persen, harganya lebih rendah, yaitu kisaran Rp65 ribuan
“Kopi yang kualitas bagus di Pagaralam, bisa tembus Rp70 ribu per kilogram, tapi kalau harga basis di Lampung, bisa sampai Rp79 ribu per kilogram.” katanya.
Ia pun menyampaikan, kenaikan harga jual kopi membuat petani antusias menjual hasil produksinya. Zulkifli mengungkapkan, salah satu faktor kenaikan harga disebabkan menurunnya produksi kopi di sejumlah negara produsen, di antaranya di Vietnam dan Brazil. Hal itu tentunya menjadi penyebab naiknya harga jual petani di Sumsel sebagai daerah penghasil kopi terbesar di Indonesia.
Sementara itu, hasil produksi kopi di Pagaralam masih cenderung stabil. Salah satu petani kopi di Pagaralam, Helvi Hartawan, menyebutkan, harga biji kopi di daerahnya berkisar pada Rp65 hingga Rp75 ribu per kilogram, sedangkan untuk kopi bubuk jauh lebih tinggi lagi, mencapai Rp100 ribu per kilogram.
“Ini harga kopi sedang bagus-bagusnya malah sampai Rp75 ribu per kilogram.” ucap Helvi Hartawan.
Membaiknya harga kopi Sumsel saat ini, patut disyukuri, mengingat sebelumnya harga kopi di daerahnya tidak lebih dari Rp25 ribu per kilogram, bahkan pernah jatuh sampai level terendah.
Oleh karena itu, dia juga menyampaikan ucapan terima kasih pada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel yang telah berusaha meningkatkan nilai jual biji kopi dengan melaunching brand Kopi Sumsel.
“Kita sangat bersyukur, sekarang ini harga kopi bisa lebih mahal. Kondisi ini setidaknya bisakah menutupi biaya produksi dan biaya sekolah anak-anak.” imbuhnya.
Kondisi yang sama juga dirasakan oleh petani kopi yang ada di Kisam, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan. Menurut petani setempat, hasil kopi di daerahnya lebih banyak dibawa keluar daerah, seperti ke Provinsi Lampung.
“Kopi Lampung itu, sebenarnya dari daerah kita Kabupaten OKU Selatan ini. Sebab memang jarak tempuh kita lebih dekat ke Lampung jika dibanding ke Palembang.” ucap salah satu pemilik toko kopi di daerah tersebut. (mar)