Banyuasin, Sumatera Selatan, Wartadesaku .id – Tradisi membangunkan sahur di Desa Sungai Dua, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, terus dipertahankan dari generasi ke generasi. Sejak zaman kakek buyut, warga desa telah melakukan berbagai cara untuk membangunkan sahur, mulai dari menabuh beduk, berjalan keliling kampung sambil bershalawat, hingga menggunakan alat musik sederhana. Tahun ini, tradisi tersebut semakin semarak dengan digelarnya Lomba Membangunkan Sahur Antar RT, yang berlangsung mulai 7 Maret hingga 27 Maret 2025.
Kepala Desa Sungai Dua Hartomi menuturkan bahwa lomba ini bukan sekadar kompetisi, tetapi juga bentuk pelestarian budaya yang telah diwariskan turun-temurun.
“Dari dulu, membangunkan sahur sudah menjadi bagian dari kehidupan kami di desa. Ini bukan sekadar membangunkan orang untuk makan, tetapi juga sarana mempererat kebersamaan warga,” ujarnya, Kamis (19/3/2025).
Pelaksanaan dan Aturan Lomba
Setiap RT wajib mengirimkan minimal 15 peserta, dengan pakaian bebas tetapi tetap pantas. Jika ada RT yang tidak mengirimkan perwakilan, Ketua RT yang bersangkutan akan dikenakan sanksi berupa pemotongan gaji selama enam bulan.
Lomba akan berlangsung setiap malam, dengan jadwal yang telah ditentukan. Setiap kelompok peserta akan berkeliling desa menggunakan berbagai cara kreatif untuk membangunkan sahur, seperti memukul kentongan, menyanyikan yel-yel, atau memainkan alat musik tradisional.
Yang menarik, pemenang lomba tidak ditentukan oleh juri, melainkan melalui sistem undian.
“Kami ingin lomba ini tetap terasa menyenangkan bagi semua warga. Oleh karena itu, kami tidak menilai berdasarkan kreativitas atau suara paling keras, tetapi menggunakan sistem undian agar semua RT punya kesempatan yang sama untuk menang,” kata sekretaris desa Mu’in.
Puncak Acara dan Harapan Warga
Tradisi membangunkan sahur ini akan mencapai puncaknya pada malam takbiran, ketika warga akan menggelar pawai obor dan pembagian hadiah di halaman rumah Kepala Desa Sungai Dua.
Banyak warga berharap bahwa tradisi ini akan terus dipertahankan oleh generasi mendatang.
“Dulu kakek buyut kami juga melakukan hal yang sama, hanya alatnya saja yang berbeda. Sekarang, anak-anak muda bisa melanjutkan tradisi ini dengan cara yang lebih kreatif. Semoga ini tidak hilang dimakan zaman,” ujar seorang tokoh masyarakat setempat.
Dengan adanya lomba ini, masyarakat Desa Sungai Dua bukan hanya menjalankan ibadah di bulan Ramadan, tetapi juga melestarikan warisan budaya yang telah ada sejak zaman dahulu.